Senja mulai merambat di ufuk barat, memperlihatkan indahnya warna-warni langit menjelang malam. Saat malam tiba, suara takbir berkumandang dari masjid-masjid di sekitar kota, menandakan hari raya Idulfitri telah tiba. Namun, seperti hari raya pada tahun-tahun sebelumnya yang tidak berencana untuk mudik lebaran.

Hari raya Idulfitri memang selalu identik dengan mudik ke kampung halaman. Para perantau yang tujuannya untuk kuliah ataupun kerja berbondong-bondong memadati tempat-tempat transportasi mulai dari terminal, pelabuhan, stasiun, sampai bandara. Kota Jakarta pun mendadak sepi ditinggal penghuninya. Begitupun dengan tempat-tempat nongkrong yang biasanya ramai oleh para mahasiswa kini sepi, mereka telah pulang ke kampung halaman masing-masing untuk merayakan lebaran bersama keluarga. Jalanan kota yang biasanya dipenuhi oleh kendaraan bermotor kini tampak lengang, memberikan kesempatan bagi pemudik untuk merayakan lebaran di kampung halaman dengan nyaman.

Tentu saja momen yang paling dirindukan oleh perantau adalah berkumpul bersama keluarga, tetapi aku memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran. Bukan karena alasan tertentu, melainkan karena aku merasa bahwa kota ini adalah tempat yang paling nyaman dan asik bagiku. Meskipun aku tidak mudik, aku masih dapat merayakan lebaran dengan bahagia di sini. Kota kelahiranku memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, sehingga aku masih bisa berlibur serta menikmati momen lebaran dengan keluarga dan teman-teman.

Salah satu taman wisata yang menarik di Tasikmalaya ialah Taman Karang Resik yang berada di Jalan Mohamad Hatta, Sukamanah. Objek wisata ini menawarkan banyak hiburan dan kenyamanan bagi pengunjungnya, seperti bangunan yang didesain mirip kampung Korea. Bucheon Village, demikian sebutan untuk wahana kampung Korea tersebut. Berada dalam bangunan ini akan membuat pengunjung serasa di Korea, karena desain hingga pernak-perniknya dibuat semirip mungkin dengan Korea. Tak hanya itu, pengelola taman wisata ini juga menyediakan pakaian khas Korea, yaitu Hanbook untuk disewakan kepada para pengunjung, sehingga sedang berfoto akan terlihat seperti benar-benar berada di negeri K-Pop tersebut. Selain itu juga, terdapat beberapa bangunan lain yang mirip dengan negara India, Jepang, Belanda, dan Yunani. Harga tiket masuk taman wisata ini bisa dikatakan terjangkau hanya 35 Ribu Rupiah.

Di tempat lain tepatnya di Jalan Sukamukti, Kecamatan Cisayong juga ada destinasi wisata dengan pemandangan alam terbuka yang indah. Beberapa orang termasuk aku akan suka berada di sini karena dapat merasakan nuansa alam yang asri dan tentunya menenangkan. Ini bisa menjadi pilihan juga untuk libur lebaran bersama teman-teman aku supaya jadi lebih berwarna. Selain dengan keluarga juga, aku dapat liburan bersama teman-teman seperjuangan, hal ini bisa mempererat tali pertemanan di antara aku dan teman-teman.

Tentunya masih banyak taman wisata lainnya yang bisa dikunjungi kala libur lebaran untuk menikmati waktu bersama keluarga. Karena kuakui jika kebersamaan dan kerukunan dalam sebuah keluarga selalu terjaga, maka akan menjadi “rumah” yang menghangatkan untuk melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Tidak hanya itu, kebersamaan juga berdampak terhadap kebahagiaan seluruh anggota keluarga lainnya. Maka dari itu, aku sangat menghargai waktu libur lebaran untuk berkumpul, sebab hanya pada saat itu lah kita dapat bertatap muka.

Tidak kalah penting, menikmati kebersamaan bersama teman di kala lebaran untuk berbagi kebahagiaan dan pengalaman hidup yang sangat berguna. Aku cukup tahu ketika selalu menjaga kebersamaan dengan orang-orang di sekitarku, aku akan mendapatkan arti hidup yang sebenarnya.

Merayakan hari raya di rumah tanpa bepergian juga bukanlah hal yang membosankan, sebab aku di sini merasa senang sekali bersama keluarga yang saling mendukung, saling mengasihi. Tak lupa juga dengan ibu yang setiap tahunnya selalu memasak opor ayam bagi kami sekeluarga.

Idulfitri yang berarti kembali ke fitrah, itulah arti sebenarnya. Idulfitri merupakan ajang untuk silaturahmi dengan fashion, makanan dan minuman, juga selalu memenuhi setiap rumah-rumah untuk para tamu yang berdatangan. Momen Idulfitri dijadikan umat Islam sebagai hari berkumpulnya sanak keluarga. Hari ketika semua orang saling berjabat tangan, tersungkur di depan kedua orang tua untuk memohon maaf.

Selama ini, aku memanglah selalu berlebaran di kota kelahiran, tak pernah sekali pun pergi mudik, saudara-saudara akulah yang berdatangan memenuhi rumah orang tuaku. Sebab, mudik lebaran juga sangat identik dengan kemacetan di jalanan dan jujur saja aku sangat malas berada di perjalanan selama itu. Tak jarang juga banyak yang terjebak di perjalanan dan berakhir merayakannya di jalan.

Tentunya lebaran di rumah tanpa mudik itu bagiku sangatlah seru, karena setelah melaksanakan salat Idulfitri, tak lupa kami akan saling meminta maaf antar sesama umat muslim. Selain dari itu, sudah menjadi rutinitasku dan keluarga bahkan yang lainnya mengunjungi rumah peristirahatan terakhir orang-orang terdekat untuk mendoakan keselamatan dan kebahagiaan mereka di akhirat.

Perasaan haru yang mendalam melanda hatiku saat ini, ketika aku merenungkan perubahan besar yang terjadi di rumahku. Dulu, rumah ini seringkali sunyi dan sepi, tanpa kehadiran banyak orang. Namun, semuanya berubah ketika hari lebaran tiba. Saat itulah, semua saudara berkumpul di sini untuk merayakan hari besar umat muslim. Canda dan tawa riang mengalir begitu deras dari mulut mereka, mengisi ruangan dengan kehangatan, dan keceriaan yang luar biasa. Rasanya, seperti sebuah keajaiban ketika rumah yang tadinya sepi kini dipenuhi dengan kehadiran orang-orang tercinta. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka membuat hatiku hangat dan penuh rasa syukur. Momen seperti ini sangat langka dan berharga bagiku, karena hanya setahun sekali kami bisa berkumpul dengan lengkap seperti ini. Sehari-hari, kesibukan dengan pekerjaan dan tugas-tugas sebagai pelajar atau mahasiswa membuat kami jarang bisa bersama-sama seperti ini. Oleh karena itu, momen-momen seperti ini menjadi sangat  berarti dan menggetarkan hati dengan kebahagiaan yang tiada tara.

Meskipun ada perbedaan dalam cara kami merayakan lebaran tahun ini, semangat kami tetap sama. Kami merayakan kemenangan setelah menjalani bulan Ramadan yang penuh dengan ibadah dan pengorbanan. Kami bersyukur atas semua berkah yang diberikan kepada kami dan kami berharap agar kebahagiaan ini dapat terus berlanjut. Walaupun tetap di rumah, bagiku tidak menjadi sebuah masalah, karena arti kebersamaan di hari raya itulah yang penting.

Penulis: Dhanti Trioktaviani

Penyunting: Sipa