Oleh: Tia Elvia

Melewati banyak tanjakan dan pohon-pohon yang menjulang tinggi di sepanjang perjalanan, butuh waktu sekitar 2 jam dari rumah untuk sampai ke Desa Kutaagung. Desa Kutaagung merupakan desa yang berada di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuningan,  Jawa Barat.  Cukup melelahkan, ditambah jalanan yang dilalui cukup menanjak dan juga berkelok-kelok. Namun, ketika sampai di tempat yang dituju, rasa lelah itu pun terbayar dengan segarnya udara dan hijaunya permadani yang terbentang luas. Sunyi, itu kata yang pertama kali terlintas di pikiran saya ketika memijakkan kaki di tempat ini. Tidak banyak penduduk yang berlalu-lalang, karena kebanyakan dari para penduduk berprofesi sebagai petani dan pekebun. Sehingga, mereka tidak berdiam diri di rumah saat siang hari.

Kutaagung dengan segala culture kentalnya, di sini kami diberikan banyak wejangan oleh para masyarakat sekitar. Dimulai dari tempat-tempat yang tidak boleh kami kunjungi, sejarah dari tempat tersebut, hingga beberapa cerita masa lalu yang pernah terjadi. Jadi teringat kata eyang (kakek), “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Maka, di mana pun kita berada sudah sepatutnya untuk mengikuti aturan yang ada di daerah tersebut. Dengan jelas, para perangkat desa menasihati setiap yang berkunjung ke desa ini untuk selalu menjaga sikap demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Melanjutkan perjalanan setelah sedikit berbincang, ada banyak hal yang cukup menarik perhatian. Setiap berkunjung ke rumah warga atau pun sekadar melewati rumah-rumah warga, saya disuguhi keramahan dan juga jamuan yang tidak pernah absen dari para warga. Sedikit merasa tidak enak hati tentunya, karena khawatir jika hal ini akan merepotkan mereka.  Namun, di balik semua itu, saya menyadari satu hal yakni ketulusan. Seorang ayah bercerita perihal anaknya yang sedang jauh merantau di luar kota. Dengan mata berbinarnya, beliau menceritakan anaknya yang tengah jauh merantau di pulau seberang.

“Ya wajar saja. Saya punya anak yang kerja merantau, jika teringat kalian saya pun teringat anak saya”, jelasnya. Selain menceritakan perihal anaknya, beliau juga sempat bercerita kepada saya perihal potensi dan juga adat yang ada di Desa Kutaagung. Tidak ada hal yang tidak menarik dari desa ini, semuanya sangat menarik untuk dibahas. Masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam dan damai, suasana desa yang jauh dari polusi dan pencemaran udara, hingga banyaknya potensi wisata yang bisa di explore.

Melewati jam-jam sore dengan berjalan kaki melihat pemandangan desa, saya juga menyadari beberapa hal. Desa ini kaya akan sumber air, hampir setiap rumah memiliki kolam ikan. Disepanjang jalan pun terdapat banyak selang-selang yang menjadi penghubung sumber air mereka. “Airnya melimpah, namun kadang selangnya putus sama hewan liar,” ujar seorang nenek bercerita sembari mengasuh cucunya. Desa ini termasuk desa yang masih jarang penduduk. Dari informasi yang saya dapat, disetiap RT hanya terdapat sekitar 8 kepala keluarga. Maka, tak heran jika jarak dari sekumpulan rumah ke rumah lainnya cukup jauh. Selain itu, di siang hari sekali pun, saya dapat melihat anjing hutan berkeliaran bebas di depan rumah warga atau pun di jalanan.

Dikarenakan hari mulai petang, saya pun memutuskan untuk bergegas kembali ke rumah. Baru sampai beberapa detik di dalam rumah, hujan dan petir tiba-tiba menggelegar memecah sunyinya malam. Bertepatan dengan itu,  listrik pun tiba-tiba padam. Tidak heran memang, mengingat lokasi rumah yang berada di dataran tinggi dan dikelilingi oleh banyaknya pohon-pohon besar menjadi alasan yang logis jikalau mati lampu saat hujan lebat. Tak hanya itu, jaringan seluler di desa ini juga cukup lemah, sehingga akses internet yang biasanya menjadi kebutuhan kami menjadi terhambat.

Namun, terlepas dari kekurangan dan juga hambatan yang ada, desa ini tetap menawarkan banyak hal menarik untuk di explore. Dimulai dari potensi wisata, culture masyarakat, hingga sudut perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat yang menawarkan view luar biasa. Kutaagung dengan segala pesonanya tak cukup dijabarkan oleh kata, yang pasti desa ini sangat tepat bagi orang-orang yang butuh healing dari berbagai kepenatan atau pun hiruk piruk suasana kota.

Penyunting: Eka Putri Herawati & Rini Trisa